Pokoknya mitos tidak bisa dilawan dengan logika!
Ternyata merawat seorang bayi tidak cukup hanya dengan cinta, logika dan pengetahuan semata. Ada hal lain yang harus diwaspadai: mitos! Terus terang saya memang bukanlah orang yang ahli merawat bayi. Makanya, saya banyak membaca buku-buku tentang kehamilan dan tentang perawatan bayi ketika si kecil masih dalam kandungan. Saya juga banyak mendapatkan informasi dari internet, referensi dari teman dan juga rekan kerja tentang bagaimana merawat seorang bayi yang baru lahir.
Namun, nampaknya itu semua belum cukup. Ada beberapa mitos yang mau tidak mau harus saya ikuti sekedar agar tidak terjadi pertengkaran antara menantu dan mertua. Saya sendiri menyadari bahwa latar belakang saya yang berasal dari Banyumas tentu saja berbeda dengan mertua yang berlatar belakang budaya dari seputaran Prambanan di sisi Timur Yogyakarta. Ini ibaratnya dua kutub yang didekatkan satu sama lain.
Mitos yang pertama ini saya ketahui ketika kami akan pulang dari Rumah Sakit pada hari Sabtu setelah tiga hari si kecil lahir. Saya pikir semuanya sudah beres, si kecil mulai beradaptasi, mamanya sudah kuat berjalan. Rencana pulang pada hari Sabtu yang cerah itu harus dibatalkan meskipun saya sudah mengurus administrasi di Rumah Sakit. “Tidak baik pulang dari Rumah Sakit pada hari Sabtu,” begitu kata istri saya menirukan perintah dari orang tua. Wah, kenapa tidak baik? Pokoknya tidak baik. Well, karena sudah ada kata pokoknya, saya pun nurut saja perintah itu meskipun hati kecil saya menganggap bahwa semua hari itu baik: Senin sampai Minggu semuanya baik tergantung pada niat kita. Saya mengalah saja, akhirnya kami pulang pada hari Minggu. Sepanjang hari Sabtu itu kami menginap di Rumah Sakit layaknya di hotel saja.
Sepulang dari rumah sakit, saya bermaksud merendam beberapa popok yang kotor. Air sudah saya siapkan. Sabun sudah akan saya masukkan ketika tiba-tiba ada larangan. “Jangan merendam baju bayi, nanti dia bisa masuk angin dan kedinginan,” kata mertua saya. Ketika ditanya mengapa seperti itu, jawabnya,”Pokoknya jangan direndam. Nanti langsung dicuci saja kalau sudah siap.” Well, lagi-lagi ada kata pokoknya yang menghalangi debat pendapat. Apa hubungannya antara perendaman baju dengan bayi kedinginan? Nggak ada, karena saya tidak mungkin memakaikan baju basah untuk anak saya. Tapi, begitulah adanya. Mitos tetaplah mitos. Dia tidak bisa disangkal dengan logika. Saya batalkan acara merendam baju bayi.
Nah, ketika sampai pada giliran mencuci baju bayi pun lagi-lagi ada aturannya. “Jangan memeras baju bayu dengan cara memelintirnya. Nanti bayimu suka menggeliat-geliat,” kata mertua saya. Kenapa? “Pokoknya jangan diperas seperti memeras baju orang tua. Peraslah baju bayi dengan mengepalkan tangan kuat-kuat, jangan dipelintir.” Lagi-lagi ada kata pokoknya yang menghalangi adu argumentasi. Untunglah mesin cuci bisa mengeringkan baju tanpa perlu memelintirnya saat memeras. Semoga mesin cuci itu tidak memelintir baju anak saya. Hahahaa…
Ketika si kecil akan tidur, saya diminta mencari gunting dan bawang lanang. Pasti Anda tidak tahu bawang lanang, khan? Ini adalah bawang putih yang isinya cuma satu siung saja. Di warung kemungkinan besar tidak ada. Saya bisa mendapatkannya di super market. Harganya belasan kali lipat daripada bawang putih seperti yang kita temui sehari-hari. Lalu, untuk apakah gunting dan bawang lanang itu ketika si kecil akan tidur. Konon, dua benda itu bisa mengusir roh jahat saat anak saya sedang tidur. Emang benar? “Pokoknya cari segera gunting dan bawang lanang. Setelah dapat, segera letakkan di bawah bantal anakmu!” Anda pasti tahu reaksi saya setelah mendengar kata pokoknya itu, khan?
di usung dari http://jalansutera.com™ in Blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar